jakarta | Kamis, 03 Juli 2008 |
|
Sjifa Amori - Reporter Junior - Kamis, 03 Juli 2008 10:24:05 WIB Arie MP Tamba - Assisten Redaktur Pelaksana - Kamis, 03 Juli 2008 12:23:00 WIB Agus Setiawan - Layouter - Sabtu, 05 Juli 2008 09:40:26 WIB |
Ketika arus westernisasi mulai deras memasuki Indonesia, Benyamin malah nongol dengan identitas Betawinya yang norak. |
Di tengah paras-paras nyaris sempurna yang menghiasi pesawat televisi, ada wajah pas-pasan, cenderung kampungan, yang paling menarik perhatian. Memang bukan semuanya pujian, malah lebih banyak yang menghina. Tapi mereka toh tetap jadi pusat perhatian. Hal ini dialami Ratmi B-29.
Dengan tubuh "bulat" dan gaya tukang jamunya, Ratmi mau bersaing dengan beberapa kandidat ratu kecantikan lain yang dibalut busana khas asing. Mulai dari kimono sampai kostum tari perut ala Timur Tengah. Meski ciut, Ratmi pasang muka tembok. Pacar Beni (Benyamin S.) ini sibuk melenggok di atas panggung sambil menggendong dan menjajakan jamunya pada para juri.
"Pakaian apa, tuh? butut," cerca salah satu kontestan yang tidak bisa menerima 'perbedaan' Ratmi.
"Ah, biar begitu juga orisinal, ciri khas kepribadian nasional. Tidak seperti kalian, imitasi," seru Beni menanggapi komentar sinis peserta dan penonton yang iri.
Itulah sedikit gambaran adegan dalam salah satu film drama komedi yang dibintangi seniman legendaris Benyamin Sueb, Ratu Amplop. Dalam situs katalog Film Indonesia, dikatakan bahwa Ratu Amplop dirangkai sebagaimana film banyolan. Tapi tak bisa dipungkiri, dialog yang diungkapkan Benyamin tentang orisinalitas mewakili banyak hal. Termasuk keberadaannya dalam perfilman dan dunia kesenian Indonesia pada umumnya.
Muke, gaye
Pada awal popularitasnya, Benyamin Sueb identik dengan muke, gaye, sampe kelakuan udik. Tapi kampungannya Benyamin itulah yang justru membuka banyak mata tentang bentuk baru sebuah aksi yang bisa sangat menghibur. Yang umumnya melekat pada kepribadian orang Betawi.
"Karakterisitik kutur Betawi adalah penghibur. Minimal buat dirinya sendiri. Karakter mereka tidak terikat. Dalam artian sangat terbuka. Sehingga kekayaannya melebihi keaslian budaya yang ada. Makanya saya selalu bilang masyarakat Betawi adalah campuran dari sekian banyak masyarakat. Ini adalah aset kekayaan kultur Betawi. Sehingga secara bahasa pun, Betawi diterima secara nasional. Banyak orang Aceh atau orang Papua yang sekarang ngomongnya elu gue," kata Rano Karno saat dimintai komentar mengenai Benyamin.
Banyolan Benyamin dalam film dan lagu memang tak bisa langsung dimengerti. Khususnya idiom yang memang asli keluar dari mulut Benyamin. "Tapi orang pasti ketawa saja lihat tingkah polahnya," kata Ida Royani. Sehingga judul filmnya pun tak pernah biasa-biasa saja. Walaupun aneh dan terkesan 'semaunya', Betty Bencong Slebor, Honey Money and Jakarta Fair, Koboi Insyaf, sampai Biang Kerok masih jadi judul film yang akrab didengar telinga. Meski tak semua pernah nonton.
Bagaimanapun juga, Benyamin berusaha menampilkan yang terbaik dari apa yang dia punya. Kalau memang dia norak, maka Benyamin telah sangat kreatif memenej kenorakannya jadi tontonan yang 'berbeda' dan menarik di zamannya , bahkan hingga saat ini. Sampai-sampai, diadaptasi lagi oleh banyak seniman Betawi yang kini jadi bintang televisi.
Terkait orisinalitas, sekali pernah Putu Wijaya menyampaikan konsepnya. Bahwa segala yang dibangun dari keadaan diri apa adanya bisa jadi nilai lebih jika diolah dengan maksimal. "Buat apa kita tampil dengan pertunjukan yang didukung teknologi tinggi kalau jelas-jelas teknologi kita tidak ada apa-apanya dibanding negara maju, seperti Jepang atau negara Barat lainnya. Lebih baik memanfaatkan apa yang ada dan menghasilkan sesuatu yang belum pernah dibuat orang lain," kata Putu sebelum berangkat ke Praha beberapa waktu lalu. Ia lalu menambahkan, "Di antara dua orang gadis yang tinggi semampai, tentu gadis yang paling pendek akan jadi perhatian karena paling berbeda."
Maka jadilah Bang Ben sebagai komoditi yang laku dijual di pasaran. Seperti ditulis Ida Arimurti dalam www.mail-archive.com/idakrisnashow@yahoogroups.com. "Nama Benyamin S juga jadi jaminan pasar untuk produksi film-film komedi, di antaranya berjudul Benyamin Biang Kerok, Benyamin Tukang Ngibul, Benyamin Tarzan Kota, Benyamin Raja Lenong dan sebagainya."
Biang kerok menyenangkan
Dan memang, Rano Karno juga bilang, film Benyamin selalu box office, walaupun secara mutu bisa diperdebatkan. "Filmnya ya begitu. Kayak lagunya. Seperti bercanda aja, kan? Judul lagu aja Kompor Mledug. Artinya kalau nonton Benyamin, ya jangan bayangkan akting Al Pacino. Dalam film, dia memang tidak sepopuler bintang film lain, tapi siapa sihnggak senang nonton Benyamin Biang Kerok sampai sekarang."
Bukan berarti Benyamin ngetop mendadak. Proses supaya karya Benyamin disukai dan dihargai oleh masyarakat nasional butuh waktu lama. Tak mudah merintisnya. Terlebih muatan yang dibawa Benyamin kala itu masih dianggap kampungan.
"Ya iyalah nggak mudah. Saya melihat Benyamin benar-benar berjuang dari bawah mengangkat budaya Betawi. Sebelum dengan saya, dia kan sudah nyanyi lagu Betawi dengan artis lain. Ketika saya duet dengan dia, Benyamin dan kebetawiannya mulai mencuat. Tapi jangan salah, awal saya duet tahun 70-an, saya sempat dikatain orang. Banyak yang nanya, kenapa saya mau nyanyi sama dia, kampungan, norak," cerita Ida yang memilih duet dengan Benyamin di saat karier musiknya telah mencitrakan dirinya sebagai gadis remaja yang fancy dan trendy.
Makanya Ida kemudian curhat pada Benyamin. "Ben, gue bukannya nggak kenape-nape ya nyanyi sama elu. Gue makan ati tiap ari dikatain kampungan. Saat itulah dia jawab, biarin dah orang bilang muke gue kampungan. Yang penting rejeki kotaan," kata Ida mengenang masa lalunya. Jadi kalau sekarang ada istilah kesohor yang dilontarkan Benyamin: "muke kampung rejeki kota", itu karena Benyamin dicurhati Ida.
Tapi karena sudah biasa dikelilingi teman dan keluarga Betawi, Ida yang tidak mengalami kesulitan menyanyikan lagu Betawi ini tetap asyik rekaman. Apalagi album Ondel-ondel juga laku keras. "Akhirnya, orang yang tadinya meledek saya sampai suka dan membeli kasetnya.'
Karena begitu kentalnya keaslian dan spesifikasi penampilan Benyamin dalam berkesenian, baik musik maupun peran, Rano Karno maklum kalau Benyamin dilirik Syumanjaya. "Benyamin menang Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern karya Syumanjaya dan main di film Pinangan. Itu artinya seorang sutradara besar Syumanjaya memang melihat potensi besar Benyamin."
Gerbang budaya Betawi
Bisa dikatakan, keberadaan Benyamin dalam film membuka gerbang bagi budaya Betawi naik ke tataran nasional. Hingga kini, serial Betawi di televisi sudah diterima sebagai tontonan budaya yang menghibur. Malah, kata Ida, sekarang kalau nggak ngomong elu-gue, ya nggak gaul.
Benyamin memberi kontribusi besar terhadap budaya asli Betawi dan juga pada identitas Indonesia secara keseluruhan. Bahwa yang orisinal itu yang pas buat masyarakat. Nggaksok bule. Meski bukan berarti tidak terbuka pada budaya asing. Justru orang Betawi, seperti juga Benyamin sangat terbuka. Benyamin jelas mengenyam pendidikan. Bahkan sampai tingkat akademi, meski tidak tamat. Dan dia pun mampu berbahasa Inggris. Karena bangga akan budayanya sendiri, lagu-lagu berlirik Inggris pun dia ciptakan dengan gaya Betawi. perlu
Superman
Do you know who am I?
I am the Superman, babe
I don't like capcay but I like permen only
Flying to the sky, looking for layangan putus
I don't like petai bau sih,
but I like asinan seger
When I fall into comberan
My face rotten and blepotan,
But when I nyangsang di tiang jemuran
Never mind because I can gelantungan
When I fly to all over the world
I met Flash Gordon and Gatot Kaca
But when look down to the earth
I saw many tukang becak
Lirik Superman memperlihatkan Benyamin, sebagai seorang seniman dan sebagai orang Betawi tetap up to date. Arus informasi dari luar daerah dan negaranya "ditelan" dengan bijaksana, tidak bulat-bulat. "Dia pintar. Dia memanfaatkan kebetawiannya untuk menampilkan kepandaiannya hingga menjadi karya seni tersendiri. Kalau logat bahasa Inggrisnya dibuat konyol, itu sebenarnya karena dia sengaja. Dia cukup jago berbahasa Inggris," tambah Ida.
Dan kalau Benyamin akhirnya sukses buka usaha, perusahaan film, radio, itu bukan karena dia pintar menghibur semata. "Benyamin sadar bahwa manajemen itu penting bagi seorang artis. Sementara seniman lain mengira manajemen hanya masalah uang, Benyamin yang pandai dengan karakter Betawinya sangat welcome menerima ilmu, saran, dan budaya lainnya. Ini dia manfaatkan dengan talenta dagangnya," kata Rano menggambarkan keterbukaan Benyamin sebagai sosok yang mau belajar dari orang lain. Contohnya adalah jiwa besar Benyamin ketika mau diatur Rano yang menyutradarai sinetron Si Doel Anak Sekolahan.
"Dia luar biasa. Banyak memberi isnpirasi dan konsep cerita dalam Si Doel. Sampai-sampai idiom dari dia yang tak ada dalam skenario jadi idiom nasional, Tukang Insinyur," tutur Rano sambil tertawa.
Jadi jangan heran kalau Benyamin masih jadi patokan profil seniman Betawi. Jangan heran pula kalau honor Benyamin, menurut Rano, belum ada yang menyamai. Karena Benyamin lahir pada zamannya. Mengangkat unsur kebetawian hingga begitu dekat dengan masyarakat Indonesia umumnya.
Sjifa Amori
syifamori@jurnas.com