Kamis, 04 Desember 2008

Sehat Berkat Lingkungan Bersih


Sjifa Amori - Reporter Junior - Senin, 07 Juli 2008 13:46:39 WIB
Wita Lestari - Redaktur - Rabu, 09 Juli 2008 15:45:24 WIB
Agus Setiawan - Layouter - Rabu, 09 Juli 2008 15:46:15 WIB

Keyword

:

Sehat Karena Lingkungan Bersih


Surabaya | Senin, 07 Juli 2008


Salah satu cara memelihara lingkungan untuk meningkatkan kualitas kesehatan adalah mengolah sampah menjadi kompos.


"ANDA Masuk Gang Kompos." Kata-kata yang tercetak di atas spanduk yang panjangnya tidak sampai 2 meter ini menyambut kedatangan Dewan Juri Anugrah Hijau Sampoerna Hijau Kotaku Hijau, pertengahan Juni lalu. Lingkungan di Kelurahan Karah dan Kelurahan Dukuh Pakis, Surabaya, ini bisa dibilang memberikan kesan dan pengalaman berbeda. Siapa pun yang masuk ke dalam gang ini pastinya tak kan menemui sampah tercecer. Belum lagi, nyaris setiap rumah punya pohon dan pot-pot tanaman hijau dan rimbun yang membuat pejalan kaki merasa lebih tenteram, meskipun kota Surabaya tengah disorot sinar terik matahari.

"Dua minggu sekali kami mengumpulkan sampah. Khususnya sampah rumah tangga. Sisa kora-kora (cuci piring) yang disimpan dalam wadah tertentu ini kemudian diproses secara alami oleh mikroba sehingga menjadi kompos," ujar seorang warga kepada Ketua Dewan Juri, Ahli Lansekap IPB, Prof Dr Hadi Susilo Arifin, MS, Dipl RLE. Di teras rumahnya, warga RW 5 Kelurahan Karah ini memiliki keranjang yang namanya Takakura. Sebuah penemuan dari Koji Takakura sebagai bagian dari kerja sama antara Kota Surabaya dan Kota Kitakyushu di Jepang.

Dengan Keranjang Takakura ini, warga mengolah sampah organik di rumah tangga. Sampah organik dipisahkan dari sampah lainnya dan dimasukkan ke dalam keranjang. Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada keranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Mudah-mudahan ini berkelanjutan, tidak hanya karena lomba lingkungan hidup saja.

Dalam www.geocities.com, sebuah literatur tentang pembuatan kompos dan permasalahannya, mengungkapkan, semakin banyak sampah yang dibuat kompos, diharapkan semakin sedikit pula masalah kesehatan lingkungan masyarakat yang timbul. Ini karena dalam proses pengomposan, panas yang dihasilkan dapat mencapai 600 C, Kondisi ini dapat memusnahkan mikroorganisme patogen yang terdapat dalam sampah.

Kegiatan pemilahan sampah merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya mengurangi timbunan sampah yang akan dibawa ke Tempat Pembuatan Akhir (TPA). Ini dilakukan dengan memasukkan sampah ke dalam 3 wadah berdasarkan jenisnya. Yaitu organik, seperti sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan, yang bisa diolah menjadi kompos. Lalu sampah anorganik yang bermanfaat, seperti kertas bekas, plastik, gelas atau kaca, yang memiliki nilai ekonomis karena bisa didaur ulang. Dan adalah sampah anorganik tidak bermanfaat, seperti logam kecil, puntung rokok, yang kemudian ditampung, dikumpulkan, untuk kemudian diangkut oleh petugas kebersihan.

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, Lina Tarigan, dalam Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Kesehatan menggambarkan masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah lingkungan hidup sampai taraf yang irreversible. "Perilaku masyarakat ini menentukan gaya hidup tersendiri yang akan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan yang diinginkannya atau bahkan mengakibatkan timbulnya penyakit sesuai dengan perilakunya. Dengan demikian, eratlah hubungan antara kesehatan dengan sumber daya sosial ekonomi," tulis Lina dengan menambahkan pernyataan WHO bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental dan sosial. Bukan hanya merupakan bebas dari penyakit.

Prof Dr Firman Lubis, MPH, dari Departemen Kedokteran Komunitas dan Keluarga mengungkapkan, "Lingkungan sehat yang dikatakan ideal harus memenuhi syarat ketersediaan air bersih, rumah sehat, pembuangan sampah dan kotoran memadai, dan juga pemberantasan vektor dan nyamuk."

Permasalahan yang mungkin muncul pada proses pengomposan mandiri ini, seperti ditulis di geocities.com, adalah masih terdapatnya organisme patogen atau parasit. Organisme patogen seperti virus, bakteria, protozoa, jamur yang dapat memengaruhi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan kemungkinan masih terkandung dalam di kompos yang disebabkan oleh masalah teknis, seperti tidak tercapainya suhu yang mematikan organisme tersebut.

Permasalahan ini dapat dihindari dengan pengawasan mutu kompos pada setiap langkah produksinya, antara lain dengan pemantauan suhu setiap hari. Lalu juga masalah akibat vektor penyakit yang sering terdapat pada proses pengomposan. Yaitu lalat, tikus, dan kecoa. Lalat sering dijumpai pada bahan bakubaku dan pengangkutan residu yang teratur dan tepat waktu serta pemeliharaan sarana atau prasarana pengomposan yang memadai dapat menghindari gangguan vektor penyakit. kompos, yaitu sampah domestik yang tidak segar (berumur lebih dari dua hari) sedangkan tikus dan kecoa sangat menyukai tumpukan kompos yang tidak segera dikemas atau dipasarkan serta tumpukan residu yang tidak segera diangkut ke TPA. Pemasokan bahan

"Ide pengolahan kompos sudah sangat baik. Tapi dalam prosesnya, masyarakat harus menyiapkan proteksi diri. Gunakan sarung tangan, masker, dan cuci tangan dengan bersih setelah berurusan dengan sampah," ujar Lubis.

Sjifa Amori
syifamori@jurnas.com

Tidak ada komentar: