Rabu, 24 September 2008

Budi Darma


Kode buku : B01BDAR01

Judul : Laki-laki Lain dalam Secarik Surat

Pengarang : Budi Darma

Penerbit : Bentang Pustaka

Halaman : 270

Harga took : Rp. 43,000 ( diskon 15.00 % ) : : Rp. 36,550 : :

Kategori : -

Buku ini merupakan perwujudan dari obsesi kepengarangan Budi Darma. Di dalamnya akan ditemukan kisah-kisah tentang manusia lengkap dengan konflik mereka saat berinteraksi dengan dunia di sekelilingnya maupun dengan dirinya sendiri.

Tokoh-tokoh Budi Darma dalam buku ini adalah manusia yang ganjil, terkadang keji, dan cenderung asosial. Namun, di sisi lain, mereka juga bisa menjadi begitu naif, baik hati, dan jujur. Dengan gaya bertuturnya yang lembut, tapi penuh kejutan, Budi Darma akan membawa kita ke dalam permenungan mendalam tentang manusia dan kemanusiaan.

Endorse kover depan:

"Budi Darma bukan saja piawai mengupas teori tetapi juga lincah mengocok kata-kata."

Kompas, 18 Februari 2008

TENTANG PENULIS
Budi Darma saat ini menjadi Professor Emiritus di Universitas Negeri Surabaya, tempatnya pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa Inggris, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, serta Rektor. Budi Darma merupakan pelopor penulisan prosa modern di Indonesia. Menulis cerpen, novel, esai, dan berbagai tulisan akademik. Karya-karyanya antara lain Olenka (novel) dan Orang-Orang Bloomington (kumpulan cerpen). Penghargaan yang pernah diterima antara lain Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta (1984), SEA-Write Award (1984), Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia (1993), dan Satya Lencana Kebudayaan Presiden Republik Indonesia (2003).

"Budi Darma dikenal piawai menjungkirbalikkan tokoh-tokohnya
Tulisan Budi Darma selalu bermain-main dengan pisau bermata dua

"Budi Darma bukan saja piawai mengupas teori tetapi juga lincah mengocok kata-kata."
Kompas, 18 Februari 2008

"Tokoh-tokoh fiksinya berhasil mewakili kepiawaian pengarang ...."
Sjifa Amori, dalam Jurnal Nasional 10 Feb 2008

"Gaya kepenulisan Budi Darma itu manifestasi dari pencapaian? intelektualisme."
Beni Setia, dalam Padang Ekspres 15 Juni 2008

"Bukan tubuh daging tokoh yang penting, tetapi wataklah yang lebih utama."
Agus Noor, dalam Kompas 24 September 2006

Suatu Hari Bersama Syifa...Cieee guwaaa..


Tengkew ya Dananjoyo yg baikhati dan selalu menemaniku liputan museum dari ujung ke ujung. Ikutkan juga dong suatu hari suatu hari bersama Syifa yang lainnya ke ajang2 lomba sebangsanya. Pasti menang...pan modelnya guwaaa...

DAFTAR PEMENANG LOMBA FOTO BANK INDONESIA TAHUN 2008

Dengan ini diumumkan hasil penjurian Lomba Foto Bank Indonesia tahun 2008 pada hari Sabtu, 30 Agustus 2008 bertempat di Museum Bank Indonesia Jl. Pintu Besar Utara No.3 Jakarta Barat sebagai berikut:

Tema Museum Bank Indonesia
Dewan Juri:
1. Moses Agustian
2. Lioe Tjin Fa
3. Mukri Sulaiman

TEMA MUSEUM BANK INDONESIA

Judul Foto

Pemenang

Fotografer

Alamat

Tetap Tegap

Juara I

Hendro Heryanto

Jakarta

Menilik Koleksi Koin

Juara II

Safir Makki

Bekasi

Lorongnya pun sangat indah

Juara III

Gunawan Rustandi

Jakarta

Judul Foto

Pemenang

Fotografer

Alamat

Rekreasi Keluarga

Juara Harapan

Afriadi Hikmal

Jakarta

Menyimak Sejarah

Juara Harapan

Afriadi Hikmal

Jakarta

Try to Learn

Juara Harapan

Antonyus Bunjamin

Jakarta

Suatu hari bersama Syifa

Juara Harapan

Dananjoyo Kusumo

Jakarta

Museum In Frame

Juara Harapan

Dwi Nugroho Yoga M.

Jakarta

Selasar MBI

Juara Harapan

Fadhil Nugroho

Jakarta

Menyusuri Kenangan

Juara Harapan

Fadhil Nugroho

Jakarta

We love money…

Juara Harapan

Muradi

Jakarta

Bermain dan Belajar

Juara Harapan

Sakti Arif Wicaksono

Banjarmasin

Bingkai Arsitektur

Juara Harapan

Tan Rahardian

Jakarta


Selasa, 23 September 2008

Orisinalitas ala Bang Ben



jakarta | Kamis, 03 Juli 2008
Sjifa Amori - Reporter Junior - Kamis, 03 Juli 2008 10:24:05 WIB
Arie MP Tamba - Assisten Redaktur Pelaksana - Kamis, 03 Juli 2008 12:23:00 WIB
Agus Setiawan - Layouter - Sabtu, 05 Juli 2008 09:40:26 WIB




Ketika arus westernisasi mulai deras memasuki Indonesia, Benyamin malah nongol dengan identitas Betawinya yang norak.

Di tengah paras-paras nyaris sempurna yang menghiasi pesawat televisi, ada wajah pas-pasan, cenderung kampungan, yang paling menarik perhatian. Memang bukan semuanya pujian, malah lebih banyak yang menghina. Tapi mereka toh tetap jadi pusat perhatian. Hal ini dialami Ratmi B-29.

Dengan tubuh "bulat" dan gaya tukang jamunya, Ratmi mau bersaing dengan beberapa kandidat ratu kecantikan lain yang dibalut busana khas asing. Mulai dari kimono sampai kostum tari perut ala Timur Tengah. Meski ciut, Ratmi pasang muka tembok. Pacar Beni (Benyamin S.) ini sibuk melenggok di atas panggung sambil menggendong dan menjajakan jamunya pada para juri.

"Pakaian apa, tuh? butut," cerca salah satu kontestan yang tidak bisa menerima 'perbedaan' Ratmi.

"Ah, biar begitu juga orisinal, ciri khas kepribadian nasional. Tidak seperti kalian, imitasi," seru Beni menanggapi komentar sinis peserta dan penonton yang iri.

Itulah sedikit gambaran adegan dalam salah satu film drama komedi yang dibintangi seniman legendaris Benyamin Sueb, Ratu Amplop. Dalam situs katalog Film Indonesia, dikatakan bahwa Ratu Amplop dirangkai sebagaimana film banyolan. Tapi tak bisa dipungkiri, dialog yang diungkapkan Benyamin tentang orisinalitas mewakili banyak hal. Termasuk keberadaannya dalam perfilman dan dunia kesenian Indonesia pada umumnya.

Muke, gaye

Pada awal popularitasnya, Benyamin Sueb identik dengan muke, gaye, sampe kelakuan udik. Tapi kampungannya Benyamin itulah yang justru membuka banyak mata tentang bentuk baru sebuah aksi yang bisa sangat menghibur. Yang umumnya melekat pada kepribadian orang Betawi.

"Karakterisitik kutur Betawi adalah penghibur. Minimal buat dirinya sendiri. Karakter mereka tidak terikat. Dalam artian sangat terbuka. Sehingga kekayaannya melebihi keaslian budaya yang ada. Makanya saya selalu bilang masyarakat Betawi adalah campuran dari sekian banyak masyarakat. Ini adalah aset kekayaan kultur Betawi. Sehingga secara bahasa pun, Betawi diterima secara nasional. Banyak orang Aceh atau orang Papua yang sekarang ngomongnya elu gue," kata Rano Karno saat dimintai komentar mengenai Benyamin.

Banyolan Benyamin dalam film dan lagu memang tak bisa langsung dimengerti. Khususnya idiom yang memang asli keluar dari mulut Benyamin. "Tapi orang pasti ketawa saja lihat tingkah polahnya," kata Ida Royani. Sehingga judul filmnya pun tak pernah biasa-biasa saja. Walaupun aneh dan terkesan 'semaunya', Betty Bencong Slebor, Honey Money and Jakarta Fair, Koboi Insyaf, sampai Biang Kerok masih jadi judul film yang akrab didengar telinga. Meski tak semua pernah nonton.

Bagaimanapun juga, Benyamin berusaha menampilkan yang terbaik dari apa yang dia punya. Kalau memang dia norak, maka Benyamin telah sangat kreatif memenej kenorakannya jadi tontonan yang 'berbeda' dan menarik di zamannya , bahkan hingga saat ini. Sampai-sampai, diadaptasi lagi oleh banyak seniman Betawi yang kini jadi bintang televisi.

Terkait orisinalitas, sekali pernah Putu Wijaya menyampaikan konsepnya. Bahwa segala yang dibangun dari keadaan diri apa adanya bisa jadi nilai lebih jika diolah dengan maksimal. "Buat apa kita tampil dengan pertunjukan yang didukung teknologi tinggi kalau jelas-jelas teknologi kita tidak ada apa-apanya dibanding negara maju, seperti Jepang atau negara Barat lainnya. Lebih baik memanfaatkan apa yang ada dan menghasilkan sesuatu yang belum pernah dibuat orang lain," kata Putu sebelum berangkat ke Praha beberapa waktu lalu. Ia lalu menambahkan, "Di antara dua orang gadis yang tinggi semampai, tentu gadis yang paling pendek akan jadi perhatian karena paling berbeda."

Maka jadilah Bang Ben sebagai komoditi yang laku dijual di pasaran. Seperti ditulis Ida Arimurti dalam www.mail-archive.com/idakrisnashow@yahoogroups.com. "Nama Benyamin S juga jadi jaminan pasar untuk produksi film-film komedi, di antaranya berjudul Benyamin Biang Kerok, Benyamin Tukang Ngibul, Benyamin Tarzan Kota, Benyamin Raja Lenong dan sebagainya."

Biang kerok menyenangkan

Dan memang, Rano Karno juga bilang, film Benyamin selalu box office, walaupun secara mutu bisa diperdebatkan. "Filmnya ya begitu. Kayak lagunya. Seperti bercanda aja, kan? Judul lagu aja Kompor Mledug. Artinya kalau nonton Benyamin, ya jangan bayangkan akting Al Pacino. Dalam film, dia memang tidak sepopuler bintang film lain, tapi siapa sihnggak senang nonton Benyamin Biang Kerok sampai sekarang."

Bukan berarti Benyamin ngetop mendadak. Proses supaya karya Benyamin disukai dan dihargai oleh masyarakat nasional butuh waktu lama. Tak mudah merintisnya. Terlebih muatan yang dibawa Benyamin kala itu masih dianggap kampungan.

"Ya iyalah nggak mudah. Saya melihat Benyamin benar-benar berjuang dari bawah mengangkat budaya Betawi. Sebelum dengan saya, dia kan sudah nyanyi lagu Betawi dengan artis lain. Ketika saya duet dengan dia, Benyamin dan kebetawiannya mulai mencuat. Tapi jangan salah, awal saya duet tahun 70-an, saya sempat dikatain orang. Banyak yang nanya, kenapa saya mau nyanyi sama dia, kampungan, norak," cerita Ida yang memilih duet dengan Benyamin di saat karier musiknya telah mencitrakan dirinya sebagai gadis remaja yang fancy dan trendy.

Makanya Ida kemudian curhat pada Benyamin. "Ben, gue bukannya nggak kenape-nape ya nyanyi sama elu. Gue makan ati tiap ari dikatain kampungan. Saat itulah dia jawab, biarin dah orang bilang muke gue kampungan. Yang penting rejeki kotaan," kata Ida mengenang masa lalunya. Jadi kalau sekarang ada istilah kesohor yang dilontarkan Benyamin: "muke kampung rejeki kota", itu karena Benyamin dicurhati Ida.

Tapi karena sudah biasa dikelilingi teman dan keluarga Betawi, Ida yang tidak mengalami kesulitan menyanyikan lagu Betawi ini tetap asyik rekaman. Apalagi album Ondel-ondel juga laku keras. "Akhirnya, orang yang tadinya meledek saya sampai suka dan membeli kasetnya.'

Karena begitu kentalnya keaslian dan spesifikasi penampilan Benyamin dalam berkesenian, baik musik maupun peran, Rano Karno maklum kalau Benyamin dilirik Syumanjaya. "Benyamin menang Piala Citra 1975 dalam film Si Doel Anak Modern karya Syumanjaya dan main di film Pinangan. Itu artinya seorang sutradara besar Syumanjaya memang melihat potensi besar Benyamin."

Gerbang budaya Betawi

Bisa dikatakan, keberadaan Benyamin dalam film membuka gerbang bagi budaya Betawi naik ke tataran nasional. Hingga kini, serial Betawi di televisi sudah diterima sebagai tontonan budaya yang menghibur. Malah, kata Ida, sekarang kalau nggak ngomong elu-gue, ya nggak gaul.

Benyamin memberi kontribusi besar terhadap budaya asli Betawi dan juga pada identitas Indonesia secara keseluruhan. Bahwa yang orisinal itu yang pas buat masyarakat. Nggaksok bule. Meski bukan berarti tidak terbuka pada budaya asing. Justru orang Betawi, seperti juga Benyamin sangat terbuka. Benyamin jelas mengenyam pendidikan. Bahkan sampai tingkat akademi, meski tidak tamat. Dan dia pun mampu berbahasa Inggris. Karena bangga akan budayanya sendiri, lagu-lagu berlirik Inggris pun dia ciptakan dengan gaya Betawi. perlu

Superman

Do you know who am I?

I am the Superman, babe

I don't like capcay but I like permen only

Flying to the sky, looking for layangan putus

I don't like petai bau sih,

but I like asinan seger

When I fall into comberan

My face rotten and blepotan,

But when I nyangsang di tiang jemuran

Never mind because I can gelantungan

When I fly to all over the world

I met Flash Gordon and Gatot Kaca

But when look down to the earth

I saw many tukang becak

Lirik Superman memperlihatkan Benyamin, sebagai seorang seniman dan sebagai orang Betawi tetap up to date. Arus informasi dari luar daerah dan negaranya "ditelan" dengan bijaksana, tidak bulat-bulat. "Dia pintar. Dia memanfaatkan kebetawiannya untuk menampilkan kepandaiannya hingga menjadi karya seni tersendiri. Kalau logat bahasa Inggrisnya dibuat konyol, itu sebenarnya karena dia sengaja. Dia cukup jago berbahasa Inggris," tambah Ida.

Dan kalau Benyamin akhirnya sukses buka usaha, perusahaan film, radio, itu bukan karena dia pintar menghibur semata. "Benyamin sadar bahwa manajemen itu penting bagi seorang artis. Sementara seniman lain mengira manajemen hanya masalah uang, Benyamin yang pandai dengan karakter Betawinya sangat welcome menerima ilmu, saran, dan budaya lainnya. Ini dia manfaatkan dengan talenta dagangnya," kata Rano menggambarkan keterbukaan Benyamin sebagai sosok yang mau belajar dari orang lain. Contohnya adalah jiwa besar Benyamin ketika mau diatur Rano yang menyutradarai sinetron Si Doel Anak Sekolahan.

"Dia luar biasa. Banyak memberi isnpirasi dan konsep cerita dalam Si Doel. Sampai-sampai idiom dari dia yang tak ada dalam skenario jadi idiom nasional, Tukang Insinyur," tutur Rano sambil tertawa.

Jadi jangan heran kalau Benyamin masih jadi patokan profil seniman Betawi. Jangan heran pula kalau honor Benyamin, menurut Rano, belum ada yang menyamai. Karena Benyamin lahir pada zamannya. Mengangkat unsur kebetawian hingga begitu dekat dengan masyarakat Indonesia umumnya.



Sjifa Amori
syifamori@jurnas.com

Jumat, 12 September 2008

Kekuasaan Dan Cinta di Dalam Forbidden City



Bagi yang suka film kolosal sejarah China, berkunjung ke Forbidden City pasti memberikan kesan lebih mendalam.

Tak sekedar menyaksikan situs warisan dunia, seperti yang diresmikan UNESCO, saya langsung teringat adegan dimana puluhan ribu prajurit istana berbaris sigap dan hormat menyambut kaisar dan para jenderalnya. Dimana dibalik setiap gerbang ada gerbang lagi seolah tak ada akhirnya. Dan memang Forbidden City sudah dipakai untuk syuting film The Last Emperor yang menceritakan masa kepemimpinan seorang kaisar terakhir penghuni Forbidden City, Aisin Gioro Pu Yi.

Kini yang memadati ruang terbuka luas di dalam kompleks Forbidden City bukan lagi prajurit dan pelayan dengan pakaian khas pegawai istana. Melainkan turis yang berasal dari berbagai kota dan negara di dunia. Meski begitu, kemegahan arsitektur bangunan-bangunan tua yang kokoh tetap terpancar dengan begitu kuatnya. Hampir setiap sudut, setiap angle, yang diambil diambil gambarnya oleh kamera, meski hanya dengan kamera pocket, mutlak hasilnya bagus. Jadi, sebagai salah satu wisatawan yang kemampuan fotografinya biasa saja, saya tidak merasa perlu “jungkir balik” cari angle yang istimewa.

Dari awal saya mendengar namanya, saya sudah merasa situs ini misterius. Dan ternyata memang iya. Memasukinya saja sudah butuh upaya ekstra. Dari lapangana Tiananmen yang ada di seberangnya, kita perlu menyeberang lewat terowongan bawah tanah terlebih dulu. Sehingga rombongan turis tidak memadati jalan raya.

Sesampainya kembali di atas, wisatawan disambut oleh Mao Zedong. Tapi hanya potret raksasanya saja. Gambar pemimpin revolusi China ini menghiasi bangunan yang menjadi pintu awal (pintu selatan yang namanya Tiananmen Wai) menuju kawasan Forbidden City.

Setelah melewati lorong panjang gerbang TiananMen di sebelah selatan, langsung tampak kemegahan bangunan DuanMen. Menuju ke gerbang ini, kita perlu melintasi jalan setapak yang ditumbuhi pepohonan di kedua sisinya. Sehingga tak perlu takut kepanasan. Tapi toh saya datang di hari hujan siang itu, Kamis (21/8). Makanya suasana di dalam istana yang pernah ditinggali 24 kaisar dari Dinasti Ming dan Qing ini jadi lebih syahdu.

Setelah gerbang yang dinamakan DuanMen tersebut, saya kembaliterpaku melihat gerbang yang sama-sama bercat merah dengan hiasan ornament emas, namun kali ini bahkan jauh lebih megah. Namanya Meridian Gate (Gerbang WuMen). Di sini saya dan teman-teman beristirahat sebentar. Padahal baru pintu masuk. Tapi kami perlu waktu sejenak mengurusi karcis masuk, baru kemudian perjalanan belanjut.

Saking panjangnya jalur di dalam Forbidden City, saya sampai tak hafal lagi sudah berapa gerbang yang sudah terlewati. Dan apa saja nama-namanya. Mengingat luas area sebesar 74 hektar, mustahil untuk mengunjungi setiap bagian dari istana yang pada sejarahnya tertutup bagi orang awam selama 500 tahun sejak dibangun pada masa pemerintahan kaisar Ming ketiga, Yung Lo (1403-1423) ini. Belum lagi, masih ada banyak sekali bangunan besar dan kecil di sekeliling gerbang utama yang merupakan tempat tinggal para selir, kasim, dan pegawai lainnya.

Makanya pilihan tur pun beragam, ada yang seharian, setengah hari, atau tur kilat 2 jam seperti yang saya dapat. Dalam 2 jam itulah, rombongan saya berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan di area yang indah luar biasa itu. Kami menghafal tempat paling berkesan, mengambil gambar dengan latar belakang paling memukau, melongok-longok ke dalam ruangan yang paling unik, dan mendengar cerita yang menurut kami paling menakjubkan.

Tempat paling memukau, buat saya, adalah jembatan menuju Tai He Men atau the Gate of Supreme Harmony, yaitu gerbang utama memasuki lapangan terluar Forbidden City. Ada 4 jembatan besar yang bisa dipakai untuk mencapai lapangan di depan Tai He Men ini. Konon, semasa Dinasti Ming, para pejabat yang diundang kerap berkumpul, sebelum fajar, di lapangan ini dengan disaksikan Kaisar dari ambang gerbang Tai He Men.

Nah, karena sejarahnya, dan karena perpaduan keindahan arsitektur bangunan yang disempurnakan kilau sungai yang dinamai Golden River, lokasi ini jadi favorit saya. Selain dari kamar kaisar dimana ia biasa tidur bersama isterinya. Demi yang satu ini, saya rela berebut melongok ke dalam ruangan demi melihat ranjang besar berwarna merah milik pemimpin negeri China di masa itu. Cerita dari seorang teman yang sekaligus pemandu, kamar tidur ini dipakai kaisar bersama isetrinya. “Namun kalau dengan selirnya, kaisar bisanya menggunakan ruangan lain.” Pemandu yang lain bahkan mengatakan bahwa kaisar di masa itu bisa memiliki selir sampai puluhan ribu. Wah, dan semua yang mendengar pun ternganga kehilangan kata-kata. Jadi benar kan, ruangan menyangkut kisah yang satu ini menarik.

Setelah hampir putus asa karena tampaknya Forbidden City tak habis-habisnya dilalui, akhirnya terlihat juga gerbang terakhir. Tapi harus melewati dulu taman istana. Di sini, taman bisa jadi tontonan tersendiri karena keunikannya. Selain pepohonannya tua, bentuknya pun misterius. Ada yang menyatu di bagian atas dan ada juga yang saling terkait menunjukkan keabadian cinta. Kisahnya, kaisar terakhir Dinasti Qing berfoto di depan pohon ini sesaat setelah upacara pernikahannya dengan harapan cintanya akan abadi.

Taman yang indah namun bernuansa “gelap” ini cocok jadi penutup perjalanan di Forbidden City. Karena mendinginkan perasaan setelah berpeluh “mengorek” jejak sejarah setiap bangunan di dalam kawanan istana ini. Gerbang terakhir pun saya lewati dengan sukses. Yaitu pintu paling utara dari Forbidden City. Namanya adalah Shenwu Men (Gate of Divine Prowess). Dari sini jalan raya sudah kelihatan. Juga sungai besar yang dijadikan perlindungan supaya musuh tak bisa langsung masuk ke wilayah Forbidden City. Tak kalah menakjubkan, pintu utara ini juga menghadirkan pemandangan luar biasa. Khususnya, matahari terbenam yang menemani saya dan teman-teman melepas lelah di tepian sungai. Syifa Amori

Alkisah Kota Terlarang…



Sudah hampir senja sewaktu saya duduk di halaman Forbidden City menghadap sebuah kuil di atas pegunungan yang letaknya tepat di seberang jalan. Berhadapan dengan gerbang timur, ShenwuMen (Gate of Divine Prowess). “Bus kita masih jauh. Kita istirahat di sini sambil menunggu yang lain,” kata Mr. Flower, begitu rombongan jurnalis Indonesia memanggil sang guide yang kerap menjunjung tinggi setangkai bunga Matahari buatan, supaya pengikutnya tidak kehilangan jejak. Karena objek wisata yang dikunjungi hari ini tak terkira luasnya, banyak anggota rombongan kami terpisah-pisah. Mungkin setiap orang punya sasaran eksplorasinya sendiri.
Dibangun oleh lebih dari sejuta pekerja selama 13 tahun, mulai tahun 1406 hingga 1420 oleh Kaisar Yong Le, kompleks istana Forbidden City mencakupi 980 bangunan dengan 8.707 kamar dan mencakup 720,000 meter persegi. Dinding yang melingkupinya memiliki tinggi lebih dari 30 kaki. Interior nya dicat kuning terang. Batu bata yang melapisi tanah, juga atap-atap yang menjulang ke langit, sejumlah dekorasi dan kuil di seluruh Forbidden City memiliki warna kuning. Hingga tahun 1911, ketika revolusi tiba di jalan-jalan, disinilah tempat di mana para kaisar tinggal, memerintah dan bersembahyang.
Dan disinilah saya termenung mendengarkan kisah seputar Forbidden City dan golden river. Sungai yang membatasi sisi timur Forbidden City dengan dunia luar supaya musuh tak mudah menyerang dan orang luar tak mudah masuk. Seperti parit kira-kira fungsinya. Bisa jadi ini karena begitu takutnya penguasa di istana kalau kehidupannya diketahui rakyatnya sendiri. Akibat banyaknya kekejaman dan ketidakadilan terkait keputusan Kaisar yang boleh sewenang-wenang waktu itu.
Film The Last Emperor yang dibuat pada 1987 kurang lebih menggambarkan situasi di dalam Forbidden City ketika Kaisar terakhir penghuni Forbidden City, Aisin Gioro Pu Yi, dijadikan raja 10 ribu tahun oleh ibu suri dengan gelar putra langit untuk memimpin Forbidden City pada usia 3 tahun. Raja kecil ini hidup dalam hamparan bangunan luas yang tertutup dari peradaban luar dengan segala aturan dan tata krama yang mengekang. Ia tumbuh jadi pribadi dewasa dalam tempaan nilai-nilai moral yang membuat setiap orang disekitarnya menganggap dia tak berbeda jauh dengan Tuhan. Segala pelayanan terbaik diberikan demi raja, apa pun dilakukan untuk raja. Meski berada didalam kota terlarang, Pu Yi kecil mutlak berkuasa untuk negaranya dalam istana mewahnya yang bergelimang harta benda.
Dalam blog probadinya, Saphira yang pernah juga berkunjung ke Forbidden City berbagi cerita bahwa kompleks istana Kaisar ini penuh dengan hantu dan cerita mistik. Bisa jadi, karena banyak asa dan dendam tertinggal di sini. Tempat dimana kaisar sebagai putra langit adalah satu-satunya lelaki normal yang hidup dengan ribuan selir, istri, gundik, permaisuri, serta ibu suri. Belum lagi ribuan dayang dan para kasim (bawahan yang telah dikebiri).
Di China kuno, pengebirian adalah salah satu bentuk hukuman tradisional (hingga Dinasti Sui) dan sarana mendapatkan pekerjaan di kalangan istana Kaisar. Orang-orang kasim diberikan jabatan tinggi dengan alasan mereka tidak dapat mempunyai anak sehingga tak akan tergoda merebut kekuasaan dan memulai sebuah dinasti. Memang di zaman ini, banyak kekejaman berupa pemenggalan kepala atau penggantungan dilakukan pada siapapun yang melakukan kesalahan.
Tapi ada juga cerita cinta yang mampu mengalahkan “arogansi” dinding pelindung Forbidden City. Apalagi medianya, kalau bukan Golden River. Agak unik kisah yang satu ini. Yang bercerita adalah teman jurnalis keturunan China. Saat rombongan kami sedang sama-sama menyusuri Golden River.
“Dulu, saking banyaknya selir. Sampai ada yang tidak pernah tersentuh raja. Dan perawan sampai tua,” katanya. Sehingga banyak diantara ribuan selir itu yang kesepian. Dan salah satunya berusaha melewati hari-hari membosankan dalam kungkungan dinding Kota Terlarang dengan menulis sastra. Tulisan di atas kertas itu ia buang di Golden River (yang mengaliri bagian dalam istana) hingga seorang pemuda menemukannya di sisi sungai di luar gerbang. Dan puisi-puisi itu ia temukan berkali-kali sampai membuatnya jatuh hati. Demi cinta, sang pemuda nekad memasuki gerbang Forbidden City.
Melihat kekejaman penguasa, saya dan teman-teman menebak bahwa kisah cinta ini berakhir tragis dengan hukum gantung bagi keduanya. Rupanya tidak. Setelah mengetahui, Kaisar malah menghadiahi pemuda itu selir yang piawai bersastra tadi. Dan jadilah Golden River saksi kisah cinta mereka. Benar juga, Forbidden City tak Cuma berisi sejarah yang menyayat hati, tapi juga yang “manis-manis”. Tak terasa kami sudah berjalan jauh. Panggilan ketua rombongan terdengar mengajak kami menuju bus. “Ayo, kita berangkat. Waktunya makan malam.”
Syifa Amori